Tidak cuma Indonesia aja loh yang mengutip semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dari kitab Suthasoma karangan Mpu Tantular, grup “Delapan” juga mengikuti ideologi yang sama.
Mengapa namanya “Delapan”? Karena namanya diadopsi dari nama mereka. “De” diambil dari FreDEricka, “La” diambil dari LeonArdine, “Pa” dari PAuline Kirenie, dan “N” dari JeaNine.
Fredericka yang jago basket hingga beberapa kali menyabet trofi dan medali emas dari berbagai perlombaan walau masih tingkat RT, amat tomboy. Rambut cepak, kaos oblong, celana bolong (ya iyalah celana bolong), sandal jepit, dan bola pasti setia menemani hari-harinya. Tapi, Erika, begitu panggilannya, ga pernah sekalipun pacaran, atau hanya sekedar kencan. Kasian juga ya, hahaha.
Beda sama Leonardine, yang smart banget. Trofi dan medali emas yang ia dapatkan dari Matematika, biologi, kimia, fisika, komputer, astronomi, antropologi, geografi, ekonomi, kewarganegaraan, bahasa inggris, bahasa indonesia, sampai agama ia rampok dari berbagai perlombaan, kejuaraan, bahkan olimpiade. Nadine, begitu panggilannya, begitu encer otaknya. Buku segunung, perpustakaan, pena, kalkulator, kamus, ensiklopedi, dan penampilan yang rapi merupakan karakteristik dan kekhasannya yang hakiki.
Namun lain lagi sama Kirenie yang dipanggil Pauline oleh orang tua beserta keluarganya di rumah, nama itu dari nama panjangnya, Pauline Kirenie Belvina, tapi grupnya tetap memanggilnya Kirenie. Tapi, walau begitu, grupnya tetap menghormati kesukaan keluarganya itu dalam memanggil Kirenie dan memasukkan “PA” dari Pauline ke dalam nama kelompok mereka. Cewek yang satu ini feminim banget-bangetan, mungkin karena kelebihan hormon estrogen kali ya. Tapi saking feminimnya, sampai-sampai ia kecentilan. Pacaran sudah tak terhitung kali deh pokoknya. Gayanya yang hampir menyamai supermodel kelas dunia, rok mini, rambut rebonding, make up tebal, dan keganjenannya merupakan pandangan yang tidak asing jika melihatnya.
Dan satu lagi yang unik. Jeanine, begitu nama anak konglomerat yang jauh dari melarat ini. Mobil mewah sekelas BMW setiap hari siap siaga mengantar-jemputnya bersama supir dan 2 pembantunya. Barang-barang bawaannya dibawain sama asistennya. Dan kemana-mana dikawal sama bodyguard. Laptop, handphone, mp4, dan benda-benda lainnya selalu model terkini, ga pernah jadul. Pokoknya tajir pol-polan!
Walau berbeda-beda, kami tetap satu juga kok. Kemana-mana bareng. Walau kadang Erika ga suka ngeliat benda kotak penuh tulisan yang disebut buku, tapi tetep aja ia mbetahin diri kalo mereka lagi ke perpus (padahal cuma ngadem di perpus, soalnya di sana ada AC-nya). Tapi, Nadine bisa berjam-jam di sana. Lain lagi kalo ke mal, walau Nadine ga suka mal, karena sifatnya yang pemalu, jadi kayaknya sih ia malu diliatin orang-orang yang bejibun yang ada di mal, tapi Kirenie betah banget. Ga cuma shopping, tapi nyambi hunting cowok gitu deh. Nah, kalo di lapangan, Erika banget tuh, tapi ga banget buat Kirenie yang takut kulitnya menghitam karena efek ultraviolet dari terik sinar matahari dapat mengancam kecantikannya. Tapi yang namanya sahabat, suka duka, canda tawa, tangis bahagia, susah mudah, harus dihadapi bersama-sama. Karena itulah, kami terus bersama-sama.
Hari ini sedikit berbeda. Ada yang mengusik kedamaian grup ini. Ada seorang malaikat tapi juga setan masuk ke dalam kehidupan geng ini. Ya, ada cowok baru pindahan dari Jakarta, namanya Vincentio, yang biasa dipanggil Vince. Cowok yang satu ini keren banget, jago nyanyi, ma jago nari, kayak personil boysband, jago basket juga kayak Michael Jordan, cakep banget melebihi superstar, dan juga pinter, sebelas dua belas sama Albert Einstein. Sempurna banget. Jujur aja, Nadine, Kirenie, dan Jeanine langsung tergoda. Tapi, Nadine si pemalu cuma bisa memendam dalam-dalam perasaan tertariknya setelah mengetahui Vince selalu didekati banyak cewek. Jeanine harus merasakan perasaan yang sama seperti Nadine, karena Kirenie mengancamnya kalau ia berani PDKT sama Vince, maka akan diputuskan tali silahturahmi mereka. Nah, itu artinya waktunya Kirenie beraksi. Ia PDKT habis-habisan sama Vince. Kirenie selalu berusaha menjadi ‘ekor’ Vince, sehingga kedekatan mereka berdua lebih dari kedekatan gula dengan semut.
Suatu hari ketika pelajaran olahraga…
“Erika, semangat ya! Kamu harus menang!” teriak Jeanine dan Kirenie menyemangati Erika yang akan bertanding basket. Kemudian Kirenie melihat lawan tim Erika mulai bermunculan. Salah satunya adalah Vince.
“VINCE!! Semangat ya! Kamu harus menang!!” teriak Kirenie spontan.
“Loh, kamu dukung siapa sih?” tanya Nadine bingung.
“Ya dua-duanya, donk,” respon Kirenie spontan.
“Sssssttt… Udah, udah. Ayo nonton dulu. Nih, udah mulai main,” kata Jeanine. Erika bermain dengan semangatnya, merebut bola dari Daryl dan berusaha memasukkannya ke dalam ring basket. Tapi, tragisnya, dia terlalu fokus ke bola dan ringnya, hingga dia tidak melihat Vince di depannya, dan, ia terjatuh. Tentu saja Vince menolongnya, sebagai cowok yang gentle. Akhirnya, timbul juga perasaan di hati Erika, sepertinya hormon estrogen-nya Kirenie yang kebanyakan itu disumbangkan secara cuma-cuma kepadanya.
Tentu saja, Kirenie yang tidak terima karena Erika ditolong oleh pangerannya langsung menjerit, “Vince! Ngapain kamu tolong dia? Sepak aja dia!” dan, Jeanine langsung ngoceh, “Eh, itu temen kita tau!” “Kalo dia ndeketi Vince, ya mana bisa dibilang temen?!” “Ati-ati yah, kalo ngomong?” dan, Nadine yang dari tadi matung langsung menengahi, “Udahlah, kalian jangan kaya gini. Apa kalian ga malu diliatin banyak anak?” “Abis dia duluan, sih!” kata Kirenie. Dan, Jeanine yang nggak terima dituduh langsung njerit, “Itu kan salahmu!” lagi-lagi, Nadine menengahi, “Udahlah…” dan Kirenie langsung motong, “Aku ga terima! Aku mau ngadain taruhan! Yang bisa dapet nilai UAS terbaik, itu yang menang dan berhak ndapetin Vince, juga aku ga bakalan musuhin kalian!” “Oke! Siapa takut!” jawab Jeanine dengan spontan. “Tapi, kalo kalah, siap-siap aja kehilangan Vince, ok?” kata Kirenie. Erika yang sudah selesai main basket langsung datang. “Ada apa ini, Friends?” “Kita udah sepakat ngadain lomba tinggi-tinggian nilai. Yang bisa dapet nilai tertinggi, itu yang menang!” jawab Kirenie dengan ketus. “Loh, kenapa?” “Jangan nanya!” jawab Jeanine dengan emosi.
Jeanine mengajak Nadine ke kelas, dan sampai di kelas…
“Nad, kamu mau, ga, nyontekin aku biar aku menang? Aku bayar lima ratus ribu, deh,” “Ehm, apa enggak apa-apa nantinya?” “Gapapa, daripada kita kalah taruhan?” “Umm… Oke, deh,”. Mereka tidak menyadari bahwa Erika membuntuti mereka dan menguping. “Wah, Nadine mau dapet lima ratus ribu, nih! Aku harus ngambil uangnya! Tapi kapan, yah, pembayarannya?” pikir Erika. Sesaat setelah ia berpikir demikian, Jeanine langsung berkata, “Aku bayar besok, ok? Di sini tapinya, yah?” dan, Erika langsung berencana untuk terus mengikuti mereka. Esoknya, Erika melihat Jeanine memberikan uang ratusan ribu kepada Nadine, dan Nadine memasukkannya ke tas. “Aku harus ngambil uang itu! Lumayan, bisa dibuat beli bola basket baru,” pikir Erika. Dan, semuanya berjalan lancar sesuai pikirannya. Saat istirahat, Nadine pergi ke perpus, dan kelas sedang kosong. Ia langsung mengambil uang itu dari tas Nadine.
Karena Erika mengambil uangnya, dan Nadine baru sadar bahwa uangnya hilang, ia langsung berencana untuk tidak memberikan jawaban-jawaban yang benar dari soal-soal UAS. Dan, esoknya Erika, Nadine, Kirenie, Jeanine, dan teman-temannya menghadapi UAS hari pertama, yaitu Bahasa Inggris. “Nad, Nad,” bisik Jeanine, dan disusul oleh tolehan Nadine. “Nomor 16,” “A,” bisik Nadine, padahal jawaban itu salah. Demikian, kecurangan mereka berdua terus berlanjut hingga UAS hari terakhir.
Setelah selesai UAS hari terakhir, mereka melihat nilai-nilai mereka. Jeanine kaget sekali, karena nilainya banyak yang tidak tuntas, sama dengan nilai Kirenie yang banyak buruknya. Jeanine sangat marah pada Nadine yang curang dan mendapatkan nilai perfect pada 10 mata pelajaran, kecuali nilai Geografinya, tetapi tetap saja bagus. Tetapi, Jeanine tidak mengajaknya berdebat, karena ia sedang berdebat dengan Kirenie. “Haha, kamu kalah,” kata Kirenie. “Hanya satu pelajaran, kok!” cerocos Jeanine. “Aku nggak peduli, pokoknya aku mau nembak dia!” teriak Jeanine sambil berlari ke arah Vince. Kirenie yang tidak terima langsung mengikutinya, dan mereka bersamaan menembak Vince, “Mau ga, kamu jadi pacarku?” “Lho, lho, ada apa ini? Kalian nembak aku? Aku suka Brittany dari kelas 8G, kok. Aku mau nembak dia, eh, kalian malah nembak aku. Sorry yah, Girls, aku ga bisa nerima satupun dari kalian,” jawab Vince.
Mereka langsung kembali ke tempat mereka melihat nilai sambil menangis. Erika dan Nadine langsung bertanya kepada mereka, “Lho, kenapa kalian?” “Kita… Kita ditolak… Sama Vince,” jawab Kirenie sambil tersedu. “Udahlah, Friends, ngapain kalian mikirin cowok, hah?” kata Erika. “Hiks… Kita udah tobat, kok,” kata Jeanine. “Oh iya, sorry, yah, Nad, aku yang ngambil uangmu. Ini, aku kembaliin,” kata Erika. “Ga usah, itu punyanya Jean, kok. Aku ga berhak memilikinya,” “Sorry juga, yah, aku udah ngadain taruhan ga bener ini, cuma demi seorang cowok,” kata Kirenie dengan penuh penyesalan. “Aku juga. Sorry yah, Nad, aku udah nyogok kamu,” kata Jeanine. “Aku juga, Sorry, yah, Jean, aku udah ngasih kamu jawaban-jawaban yang salah,” kata Nadine. Merekapun saling berjabat tangan. “Nah, ayo, sekarang kita jalan-jalan ke mall! Aku yang nraktir, deh,” kata Jeanine. “Tapi, jangan hunting cowok lagi loh, yah?” ledek Erika. Dan, merekapun tertawa bersama.